Atlet Top Cina Jadi Pengemis

Rabu, 20 Juli 2011

Seorang atlet kenamaan Cina terpaksa menjadi pengemis di jalan-jalan Beijing setelah cedera membuatnya tak bisa berlomba. Zhang Shangwu, demikian nama atlet tersebut, merebut dua medali emas di cabang senam Universiade, olimpiade untuk mahasiswa, pada 2001. Setahun kemudian ia mengalami cedera serius yang mengakhiri kariernya sebagai atlet senam.
Rendahnya kualifikasi pendidikan membuatnya hanya bisa menjadi pelayan restoran. Ia sempat bekerja di panti jompo namun cedera menghalanginya melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Tuntutan kebutuhan hidup memaksanya mencuri dan ia sempat mendekam di penjara selama lima tahun sebelum bebas April lalu. Sejak itu ia mengemis di jalan-jalan di Beijing.
Peruntungan Zhang berubah pekan lalu ketika seorang penggemar mengenalinya ketika ia memamerkan kebolehan melakukan gerakan senam. Sejak itu, kisah Zhang dimuat di berbagai media di Cina. Banyak pihak menawarinya pekerjaan, termasuk dari salah satu pengusaha terkaya di Cina.
"Di Cina banyak atlet yang bernasib seperti saya. Saya beruntung karena saya ditemukan anggota masyarakat dan cerita saya dimuat di media," kata Zhang kepada kantor berita AFP di Beijing, Senin (18/7), seperti dilansir BBC Indonesia.
"Ada banyak atlet yang bernasib mengenaskan setelah pensiun. Pendidikan mereka rendah dan mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak," tutur Zhang yang kini berusia 27 tahun. "Pemerintah tidak membantu atlet-atlet yang memasuki masa pensiun. Saya ingin kisah saya ini membuka mata masyarakat bahwa para atlet tersebut memerlukan bantuan," kata Zhang.
Ia bukan atlet top pertama yang mengalami kesulitan hidup. Cai Li, peraih medali emas angkat besi Asian Games 1990 terpaksa menjadi satpam setelah tak lagi berlomba. Ia meninggal pada 2003 diduga akibat latihan berat yang harus ia ikuti ketika menjadi atlet dulu.
Zou Chunlan, juara nasional angkat besi, menjadi penjaga WC umum sebelum satu LSM membantunya membuka usaha pencucian pakaian.
Zhang Shangwu sendiri saat ini belum memikirkan pekerjaan karena masih sibuk melayani wawancara berbagai media. Yang pasti, ia ingin membantu rekan-rekannya sesama atlet yang bernasib mengenaskan setelah tidak bisa turun ke lapangan.

Alfred Riedl Tagih Pembayaran Kontrak ke Kantor PSSI

Mantan Pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl, beserta asistennya saat melatih timnas, Wolfgang Pikal, hari ini mendatangi kantor PSSI untuk mempertanyakan kembali nasib pelunasan pembayaran kontrak mereka.
Meski tiba di kantor PSSI, namun Alfred Riedl ternyata enggan untuk turun dari mobil, dan hanya menitipkan berkas kontraknya lewat Wolfgang Pikal untuk kemudian diserahkan ke PSSI. Selain menyerahkan surat kontrak, kedatangan mereka ke kantor PSSI juga untuk mempertanyakan surat pemecatan mereka.
"Saya datang kesini memberikan surat ke PSSI untuk sekedar informasi kepada mereka bahwa sejauh ini kami belum mendapatkan surat pemecatan. waktunya tinggal satu minggu, pembayaranya bagaimana kepastian pembayaran," ujar Wolfgang Pikal di kantor PSSI, Rabu (20/7/2011).
Menurut Wolfgang Pikal, Alfred Riedl kembali mempertanyakan pada PSSI bagaimana kepastian soal pembayaran sisa kontrak yang belum terselesaikan. Menurut Wolf, Riedl menginginkan agar PSSI dalam seminggu kedepan menyampaikan kejelasan soal sisa kontrak yang belum dilunasi tersebut.
"Saya mengantarkan surat dari coach Riedl dan saya sendiri. Dimana ini sudah lewat seminggu dari diumumkan. Dan dia (Riedl) minta dalam waktu satu minggu ke depan ada kejelasan mengenai pembayaran kompensasi itu. Jika tidak ada jawaban maka tidak ada pilihan lain akan mengajukan ke FIFA," ujar Wolfgang Pikal.

Boaz Cs Sewa Pesawat Khusus ke Turkmenistan

Selasa, 19 Juli 2011


Tim Nasional Merah Putih mendapat perlakuan khusus dalam lawatan ke Turkmenistan. Boaz Solossa Cs akan terbang naik pesawat khusus untuk menempuh perjalanan yang memakan waktu sekitar 15-17 jam itu.
Asisten pelatih timnas, Rahmad Dharmawan, mengatakan, perjalanan panjang ke Turkmenistan dikhawatirkan memengaruhi stamina pemain di jelang pertandingan. Untuk itu, timnas telah menyewa pesawat khusus dari Dubai ke Turkmenistan. Sehingga perjalanan lebih cepat lima jam jika dibandingkan dengan penerbangan normal yang harus berganti-ganti maskapai.
"Terima kasih untuk pengurus yang punya kepedulian tinggi buat kami," kata Rahmad, Senin (18/7/2011).
Untuk perjalanan dari Jakarta menuju Turkmenistan, Firman Utina dkk akan menggunakan penerbangan Garuda. Rencananya, para pemain akan berangkat pada Selasa malam (19/7).
Hanya 19 pemain yang diberangkatkan. Hamka Hamzah dan Kurnia Meiga tak diberangkatkan lantaran kondisi fisik tidak prima. Kurnia mengalami demam, sedangkan Hamka bermasalah di kaki kirinya.

Alfred Riedl: Saya Cinta Negeri Ini

Sabtu, 16 Juli 2011

"Saya cinta negeri ini, saya suka orang-orang di sini, mereka menyenangkan. Saya juga suka pemain Indonesia. Saya punya banyak kenangan manis di negeri ini," ujar Alfred Riedl, pelatih kepala timnas Indonesia yang dipecat oleh PSSI, ketika bertemu dengan wartawan di Amadeus Cafe, Plaza FX, Jl Sudirman, Jakarta, Jumat (15/7).

Komentar Riedl itu keluar saat ditanya soal kesan-kesannya melatih Indonesia. Usai Riedl mengucapkan hal tersebut, belasan wartawan spontan bertepuk tangan.

Suasana jumpa pers petang itu bisa dibilang cukup emosional. Seperti kita semua tahu, saat membesut timnas di Piala AFF pada Desember 2010 lalu, penggila bola bahkan rakyat Indonesia dibuat bereuforia dengan penampilan Firman Utina dkk.

Sudah lama kita tidak melihat permainan timnas yang menyerang dan menghibur. Di bawah asuhan Riedl, timnas seperti akan menjadi juara, meski akhirnya kandas. Riedl juga menunjukkan ketegasannya dengan mencoret Boaz Salossa, salah satu penyerang terbaik di negara ini. Alasan kedisiplinan Boaz disebut-sebut menjadi penyebabnya.

Riedl juga pernah menolak media yang ingin mewawancarai pemain usai berlatih karena dianggap mengganggu konsentrasi. Tak hanya itu, Riedl mampu menangani tekanan-tekanan non teknis saat melatih timnas di Piala AFF 2010.

Meski didepak secara tidak beretika, Ia mengaku tidak menyimpan dendam kepada orang Indonesia, pengurus PSSI di era Nurdin Halid dan di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin yang memecatnya.

"Saya datang baik-baik ke sini. Pergi pun juga harus dengan baik-baik. Semoga PSSI juga begitu ke saya," imbuhnya.

Pria kelahiran Wina, 2 November 1949 itu menerima keputusan PSSI yang memecatnya. Meski ia heran dengan keputusan tersebut. Apalagi hingga Jumat (15/7), tidak ada satupun pengurus PSSI yang memberitahu dirinya soal keputusan pemecatan.

"Dalam sepak bola pergantian pelatih biasa. Tapi kalau mereka (PSSI-red) bilang tidak menemukan kontrak dengan saya, itu aneh. Saya dikontrak secara sah dengan PSSI, bukan dengan individu ke individu," cetusnya.

"Keputusan ini tetap aneh bagi saya. Ada empat staf pelatih. Tapi saya dan Pikal (asisten pelatih-red) yang ditendang. Sedangkan sisanya, Widodo dan Edy (Harto-pelatih kiper) tidak. Kalau saya saja dipecat tak masalah, tapi kenapa Pikal juga? Dia pelatih bagus kok," ujarnya lagi.

Riedl menambahkan bahwa tidak mungkin baginya meneken kontrak secara personal. Karena jika ada masalah di kemudian hari, ia tak akan bisa melakukan langkah hukum, misal menggugat ke FIFA.

Pria Austria berusia 61 tahun itu mengungkapkan kalau kontrak kerjanya dengan PSSI diteken oleh Nirwan Bakrie, waktu itu wakil ketua umum dan Nugraha Besoes, Sekjen PSSI di era kepengurusan Nurdin Halid.

"Ada stempel resmi PSSI,' urainya.

Saat ditanya mana kontrak yang ia pegang, Riedl menjawab: "Ada di safety box di bank. Tak mungkin lah saya bawa-bawa, tidak aman dan terlalu beresiko."

Pria yang berhasil membawa Vietnam lolos ke perempat final Piala Asia 2007 dan membawa Laos masuk final SEA Games 2009 tersebut pun meminta sisa haknya dibayar oleh PSSI. Berapa besarnya?

"Saya tidak ingat, detilnya ada di dalam kontrak. Tapi jumlahnya cukup banyak," tandasnya.

PSSI Bentuk Tujuh Kelompok Umur Timnas Indonesia

Ketua umum PSSI Johar Arifin pada jumpa pers di kantor PSSI, Senayan, Jakarta (14/7/11), mengumumkan rencana pembentukan timnas Indonesia dengan tujuh jenjang kelompok umur.
“Seperti rapat Komite Eksekutif tanggal 11 dan 12 Juli kemarin tentang tim Indonesia di masa depan, kami memprogramkan ada tujuh timnas di masa depan. U-16, U-17, U-18, U-19, U-20, U-21, U-22, U-23 dan senior,” ujarnya. “Insya Allah mulai musim depan.”
Diterangkan Johar, setiap kelompok umur ini akan memiliki pelatih dan stafnya masing-masing yang nantinya akan dikoordinir oleh pelatih timnas senior.
Untuk pelatih timnas senior, PSSI telah menjatuhkan pilihan kepada Wim Rijsbergen, mantan pelatih Trinidad dan Tobago di Piala Dunia 2006 dan terakhir membesut PSM Makassar di Liga Primer Indonsia.
“Wim yang akan memprogramkan apa yang harus dilakukan tim junior, dan tim junior harus mensuplai apa yang dibutuhkan tim senior. Sistem seperti ini diterapkan oleh Belanda dan Jepang, yang kita tahu prestasinya sudah mendunia,” lanjut mantan pemain PSMS Medan tersebut.

PSSI Masih Senang Cara Instan

PSSI punya ketua umum dan pengurus yang baru. Tapi masih saja ada keputusannya yang serba instan, tak jauh berbeda dengan pengurus-pengurus PSSI yang lalu.

Keputusan PSSI di bawah kepengurusan Djohar Arifin Husin dengan memecat Alfred Riedl sangat disayangkan. Alasan PSSI mengganti Riedl karena tidak ditemukan surat kontrak dengan institusi. Kabarnya Riedl meneken perjanjian dengan Nirwan Bakrie, wakil ketua umum PSSI di era Nurdin Halid

Jika memang kontrak kerja Riedl tidak dengan PSSI, mengapa PSSI tidak berkomunikasi dengan pelatih asal Austria itu terlebih dahulu lalu membuat kontrak baru? PSSI dan Riedl bisa membuat surat kontrak baru berdasarkan surat kerja yang dipegang mantan pelatih timnas Vietnam tersebut. Atau menjalin komunikasi dengan pengurus yang lama untuk mencari dokumen surat kontrak Riedl.

Memecat Riedl lalu menggantinya dengan Wim Rijsbergen saat kita sedang mempersiapkan diri menghadapi Pra-Piala Dunia 2014 menghadapi Turkmenistan tentu sebuah cara yang instan.

Instan karena PSSI hanya ingin cepat-cepat meraih hasil. Instan karena PSSI tidak mempertimbangkan prestasi Riedl saat melatih timnas di Piala AFF 2010. Instan karena PSSI tidak memerhatikan etika profesionalisme dan kondisi mental pemain timnas.

Program latihan yang sudah disusun Riedl pasti akan berantakan. Pemain yang dipanggil pelatnas, sebagian besar adalah pemain yang pernah dilatih Riedl, pasti harus berdaptasi lagi dengan pelatih baru.

Padahal timnas akan bertandang ke Turkmenistan pada 23 Juli dan main di tanah air pada 28 Juli 2011. Persiapan mepet, Rijsbergen tentu tak bisa berbuat banyak meski ia punya catatan kepelatihan yang oke.

Kita berharap PSSI di bawah komando Djohar Arifin Husin tidak membuat keputusan-keputusan yang tak jauh berbeda dengan pengurus lama.

Djohar Arifin Ketua Umum PSSI Periode 2011-2015

Sabtu, 09 Juli 2011

Pertarungan antara Djohar Arifin dan Agusman Effendi pada putaran kedua dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di The Sunan Hotel, Solo berlangsung dengan kemenangan untuk Djohar Arifin Husein, Sabtu (9/7/2011).
Dalam putaran ini, Djohar berhasil mendapat 61 suara, sedanga Agusman Effendi meraih 38 suara dari 100 suara sah. Sementara terdapat satu suara tidak sah karena memilih Farid Rahman yang notabene adalah calon Wakil Ketua Umum PSSI.
Sejak awal putara kedua dalam pemilihan ini, Djohar langsung memimpin dalam jumlah perolehan sementara. Di tengah perjalanan, Agusman tak mampu menandingi jumlah perolehan suara, hingga pada akhirnya Djohar berhasil menjadi Ketua Umum PSSI terpilih untuk periode 2011-2015.
Sebelumnya, dalam putaran pertama, Djohar juga menjadi calon yang berhasil mendapat suara terbanyak dengan meraih 53 suara diikuti oleh Agusmas yang memperoleh 39 suara.

Djohar Arifin: LPI Nggak Mungkin Dibunuh

Djohar Arifin Husin secara resmi telah menjadi Ketua Umum PSSI terpilih dalam KLB PSSI di The Sunan Hotel dengan mendapat dukungan Kelompok 78 yang menjadi tim sukses George Toisutta dan Arifin Panigoro.
Setelah pemilihan, ia pun berjanji akan tetap mengakomodir Liga Primer Indonesia (LPI) bentukan Panigoro.
"LPI anak yang sudah lahir. Gak mungkin dibunuh. Kita akan besarkan dengan cara kita. Masuk Rumah Tangga kita. Kita didik, tinggal tekhnik-tekhniknya saja nanti," ujarnya, Sabtu (9/7/2011).
Seperti diketahui, kemunculan LPI  dinilai sangat kontroversial karena merupakan kompetisi yang tidak diakui oleh PSSI. Yang menilai liga itu illegal dan pemain, pelatih, wasit dan siapa pun yang mengikuti kompetisi itu tidak akan diakui oleh FIFA.
LPI sendiri didirikan oleh seorang pengusaha dan beberapa pengamat sepakbola yang menganggap kompetisi PSSI sudah tidak layak dan tidak bersih.
Selain itu LPI menanggap kompetisinya lebih profesional ketimbang Liga Super Indonesia (LSI) kompetisi yang didirikan oleh PSSI.
Akan tetapi, hal itu disanggah oleh PSSI yang menaggap kompetisi LPI sebagai liga illegal yang tidak diakui oleh FIFA dan tidak pantas disebut profesional.

Etape VIII Dimenangi Rui Alberto Costa

Rui Alberto Costa berhasil menjuarai etape VIII Tour de France yang digelar hari Sabtu, 9 Juli 2011. Ini adalah kemenangan pertama pembalap Portugal itu di lomba balap sepeda paling mahsyur.

Costa mengangkat tangannya ke atas begitu melintasi garis finish. Ia menyelesaikan etape ini dengan catatan waktu 4 jam 36 menit dan 46 detik.

"Saya tahu bisa meninggalkan yang lain. Tim saya menempatkan saya di posisi yang enak," kata Costa.

"Saya menyerang di saat akhir. Saya tahu kaki saya masih kuat dan bisa bekerja keras di dua kilometer terakhir."

Pembalap Belgia Philippe Gilbert menyentuh finish di urutan kedua. Ia tertinggal 12 detik dari Costa.

Saat ini pimpinan klasemen sementara masih ditempati Thor Hushovd. Pembalap Norwegia ini menyelesaikan etape VIII di tempat ke-16.

Indonesia Tanpa Wakil di Final Piala Presiden

Kamis, 07 Juli 2011

Indonesia dipastikan tidak punya wakil dalam final Piala Presiden XXI yang akan berlangsung Jumat 8 Juli 2011 di Tennis Indoor Senayan. Ini karena 8 petinju Indonesia yang tampil di babak semifinal, Kamis 7 Juli 2011 mengalami kekalahan.

Setelah tiga petinju putri kalah dalam pertandingan sesi yang dimulai pukul 13.00, 5 petinju Indonesia pun mengalami nasib serupa dalam sesi yang berlangsung sejak pukul 19.00.

Di tinju putri, Pariama Welmy (Indonesia Garuda) yang tampil di kelas 57 kg, takluk dari petinju Vietnam, Luu Thio Duyen dengan skor 24-19. Sementara itu Siti Aisyah (Indonesia Garuda) yang tampil di kelas 64 kg harus mengakui keunggulan petinju Mongolia, Uyanga dengan skor  15-22.

Nasib serupa dialami Fransisca Wahyu (Indonesia Elang). Fransisca yang juga tampil di kelas 64 kg dikalahkan petinju Vietnam, Le Thi Hien dengan skor 6-25.

Petinju putra pun mengalami nasib yang tak jauh berbeda dengan petinju putri. Di kelas 52 kg, Julio Bria (Indonesia Garuda) kalah dari petinju Kazakhstan, Kanat Turgunbayev dengan skor 12-25.

Satu petinju lagi Taufan Paransa (Indonesia Garuda) menyerah saat berhadapan dengan petinju Jepang, Yasuhiro Suzuki. Pertarungan selesai di ronde kedua saat skor 1-12 untuk keunggulan Yasuhiro setelah Taufan jatuh tiga kali.

Selly Janji Tebus Kekalahan di SEA Games

Selly Wanimbo harus puas dengan raihan medali perunggu di ajang Piala Presiden XXI. Hasil tersebut dipastikan usai Selly kalah di babak semifinal yang diselenggarakan di Tennis Indoor Senayan, Kamis 7 Juli 2011.

Selly yang tampil di kelas 48 kg harus mengakui keunggulan petinju Filipina, Josie Gabuco dengan skor 11-22. Josie merupakan juara SEA Games 2009 kelas 46 kg.

Mengomentari kekalahannya, Selly mengaku kalah kualitas dari petinju Filipina tersebut. “Lawan saya juara SEA Games 2009, saya mengaku kalah. Kalah secara teknik dan juga kecepatan sehingga memang sulit untuk melawannya,” ujar Selly usai pertandingan.

Meskipun kalah, Selly mengaku tetap optimistis menghadapi SEA Games 2011 yang akan berlangsung di Jakarta dan Palembang, November mendatang. “Ini kemenangan yang tertunda. Jika nanti bertemu lagi dengan Josie di SEA Games, saya harus bisa atasi dia. Saya harus latihan semaksimal mungkin agar bisa berprestasi di SEA Games."

Pada SEA Games 2009, Selly yang tampil di kelas 48 kg meraih medali perunggu usai ditaklukkan petinju Laos, Milvady Hongfa di babak semifinal. Di SEA Games mendatang, Selly bertekad meraih prestasi lebih baik dibandingkan SEA Games sebelumnya.

Sementara itu, Nurbertha Tajum yang dikalahkan petinju Vietnam, Le Thi Bang dengan skor 7-19 mengaku akan memperbaiki penampilannya menghadapi SEA Games mendatang. Nurbertha juga mengakui kelebihan lawannya.

“Jangkauan dia (Le Thi Bang) lebih baik. Dia juga begitu cepat menghindar setiap saya menyerang,” ujar Bertha.

“Saya belum puas dengan pencapaian medali perunggu ini. Untuk SEA Games mendatang yang penting latihan dan berusaha terlebih dahulu, setelah itu kita lihat hasilnya,” tutur Bertha.Selly Wanimbo harus puas dengan raihan medali perunggu di ajang Piala Presiden XXI. Hasil tersebut dipastikan usai Selly kalah di babak semifinal yang diselenggarakan di Tennis Indoor Senayan, Kamis 7 Juli 2011.

Selly yang tampil di kelas 48 kg harus mengakui keunggulan petinju Filipina, Josie Gabuco dengan skor 11-22. Josie merupakan juara SEA Games 2009 kelas 46 kg.

Mengomentari kekalahannya, Selly mengaku kalah kualitas dari petinju Filipina tersebut. “Lawan saya juara SEA Games 2009, saya mengaku kalah. Kalah secara teknik dan juga kecepatan sehingga memang sulit untuk melawannya,” ujar Selly usai pertandingan.

Meskipun kalah, Selly mengaku tetap optimistis menghadapi SEA Games 2011 yang akan berlangsung di Jakarta dan Palembang, November mendatang. “Ini kemenangan yang tertunda. Jika nanti bertemu lagi dengan Josie di SEA Games, saya harus bisa atasi dia. Saya harus latihan semaksimal mungkin agar bisa berprestasi di SEA Games."

Pada SEA Games 2009, Selly yang tampil di kelas 48 kg meraih medali perunggu usai ditaklukkan petinju Laos, Milvady Hongfa di babak semifinal. Di SEA Games mendatang, Selly bertekad meraih prestasi lebih baik dibandingkan SEA Games sebelumnya.

Sementara itu, Nurbertha Tajum yang dikalahkan petinju Vietnam, Le Thi Bang dengan skor 7-19 mengaku akan memperbaiki penampilannya menghadapi SEA Games mendatang. Nurbertha juga mengakui kelebihan lawannya.

“Jangkauan dia (Le Thi Bang) lebih baik. Dia juga begitu cepat menghindar setiap saya menyerang,” ujar Bertha.

“Saya belum puas dengan pencapaian medali perunggu ini. Untuk SEA Games mendatang yang penting latihan dan berusaha terlebih dahulu, setelah itu kita lihat hasilnya,” tutur Bertha.

Edvald Boasson Hagen Juara Etape VI

Edvald Boasson Hagen dari Norwegia menjuarai etape VI Tour de France yang digelar hari Kamis, 7 Juli 2011. Kaos kuning masih dikuasai rekan senegara Hagen, Thor Hushovd.

Para peserta harus berjuang keras untuk menyelesaikan etape ini. Hujan membuat kondisi jalanan licin. Belum lagi terpaan angin kencang kian menyulitkan peserta menyelesaikan jarak 226,5km antara Dinan ke Lisieux, barat laut Prancis.

Menjelang finish, Hagen yang membela Team Sky melesat meninggalkan rombongan besar. Ia memang dikenal sebagai jagoan sprint. Ia langsung mengangkat tangannya usai melewati garis finish.

"Saya kaget bisa menang. Banyak yang bilang kalau saya berbakat, jadi menyenangkan rasanya bisa membuktikan omongan itu dengan menang di etape ini," kata Hagen.

Juara kedua ditempati pembalap Australia, Matt Goss. Sedangkan tempat ketiga direbut Thor Hushovd.

Dalam klasemen sementara, Hushovd yang ada di posisi teratas hanya terpaut satu detik saja dari Cadek Evans asal Australia. Pembalap Luksemburg, Frank Schleck, ada di tempat ketiga.

KLB PSSI Melahirkan Batik Bermotif Bola

Momen Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang digelar di Solo memberikan inspirasi bagi perajin batik Kampung Batik Laweyan dalam karya-karyanya. Mereka membuat sprei dan taplak meja bermotif bola plus logo PSSI.
Menurut pengusaha batik Merak Manis, Bambang Slameto, terpilihnya Solo menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kongres memberi inspirasi bagi pihaknya untuk membuat sprei dan taplak meja bermotif bola.

“Saya juga membuat baju batik bermotif bola, tapi pesanan dari panitia Kongres PSSI. Kalau yang sprei dan taplak meja ada motif bola dan logo PSSI,” kata Bambang.
Ia menambahkan, taplak meja ‘PSSI’ dibanderol dengan harga Rp15.000 hingga Rp20.000 per potong. Sedangkan sprei ‘PSSI’ dilempar ke pasar dengan harga Rp100 ribu hingga Rp200 ribu.

“Jika sprei dan taplak meja ‘PSSI’ selama Kongres ini tidak laku, ya tetap akan saya jual karena ke depannya pasti ada yang mencari,” ujarnya.
Bambang pun mengaku siap menambah stok sprei dan taplak meja tersebut jika nantinya banyak yang menjadikannya sebagai oleh-oleh atau suvenir. Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI akan digelar di The Sunan Hotel Solo, 9 Juli 2011.
"Berapa pun jumlah permintaannya, saya siap memproduksi. Ini kan untuk kenang-kenangan Kongres PSSI di Solo,” tuturnya.

 
 
 
 
Copyright © SPORT